![]() |
Abdul Rajak, Volunteer Yayasan Sahabat Pedalaman (Ist) |
Garismerah, MATIM- Matahari perlahan meninggi di ufuk timur, memancarkan sinarnya yang hangat ke lembah hijau di sebuah sudut kampung Wirung, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dibalik pemandangan indah itu menyimpan sebuah getir yang dirasakan oleh masyarakat perbatasan Manggarai Timur-Ngada. Sebuah kesulitan akses transportasi diatas bentangan Sungai Wae Mapar.
Setiap kali hujan turun, sungai itu berubah menjadi penghalang ganas, memutus akses antara Kampung Wirung di Desa Nanga Meje, Kecamatan Elar, dengan Kampung Musumanang di seberangnya, yang masuk wilayah Kabupaten Ngada. Anak-anak terpaksa bolos sekolah, ibu-ibu kesulitan membawa hasil bumi, dan akses kesehatan pun lumpuh total.
Di tengah kesulitan inilah, sosok Abdul Rajak hadir. Membawa oase atas kegetiran masyarakat. Sebagai seorang Volunteer dari Yayasan Sahabat Pedalaman, Rajak (sapaan akrabnya) adalah putra Manggarai Timur yang penuh perhatian dan kepedulian terhadap kondisi kebutuhan sosial masyarakat pedalaman. Ia bukanlah orang yang gentar menghadapi tantangan. Ia telah lama mendengar dan menyaksikan langsung perjuangan warga Wirung. Tekadnya membara: Jembatan harus berdiri.
Setelah melakukan survei mendalam dan berkoordinasi dengan Yayasan Sahabat Pedalaman, Rajak memimpin inisiasi pembangunan jembatan gantung. Ini jelas bukan proyek kecil. Jembatan yang direncanakan memiliki panjang 75 meter, membentang gagah di atas derasnya Sungai Wae Mapar, menghubungkan dua kabupaten yang terpisahkan oleh air sungai.
Rajak mendaku yang membuat proyek ini luar biasa adalah sumber dayanya. Seluruh biaya pembangunan, dari awal hingga akhir, ditanggung sepenuhnya oleh Yayasan Sahabat Pedalaman dan merupakan Program Proritas. Ini adalah bukti nyata komitmen yayasan terhadap pemerataan akses dan kesejahteraan masyarakat di daerah terpencil.
Namun, dana saja tidak cukup. Pembangunan fisik memerlukan tenaga, semangat, dan gotong royong. Di sinilah Rajak menunjukkan kepiawaiannya dalam membangun kolaborasi dan merangkul masyarakat.
"Bapak-bapak, Ibu-ibu, ini bukan hanya jembatan Sahabat Pedalaman. Ini jembatan kita. Jembatan masa depan anak-anak kita," serunya dalam sebuah pertemuan awal.
Panggilan itu disambut antusias. Warga Kampung Wirung dan warga Kampung Musumanang yang selama ini hanya bisa saling melempar pandang dari kejauhan, kini bersatu padu. Volunter Sahabat Pedalaman bekerja bahu-membahu dengan mereka. Ia tidak hanya mengawasi, tetapi juga ikut mengangkat batu, mencampur semen, dan memasang rangka. Ia adalah relawan, sekaligus sahabat sejati di mata warga.
Setiap hari, bunyi palu dan teriakan semangat memenuhi lembah Wae Mapar. Warga Wirung membawa kayu, warga Musumanang membantu menarik kawat baja. Batas wilayah seolah lenyap, digantikan oleh semangat persaudaraan dan tujuan yang sama. Wajah-wajah lelah dipenuhi senyum dan harapan.
Setelah berbulan-bulan perjuangan yang melelahkan, hari yang dinantikan pun tiba. Jembatan gantung sepanjang 75 meter itu berdiri kokoh, melengkung anggun di atas sungai. Itu bukan sekadar rangkaian besi dan kayu; itu adalah simbol dari harapan yang terwujud.
Saat Abdul Rajak berdiri di tengah jembatan, menyaksikan langkah pertama warga Wirung dan Musumanang yang kini bisa bersalaman tanpa harus menyeberangi air yang berisiko, air matanya menetes.
"Kami tidak tahu harus membalas budi ini dengan apa. Anak-anak kami kini bisa sekolah setiap hari. Kesehatan kami terjamin. Ekonomi kami pasti membaik," ujar seorang tetua adat dari Wirung, suaranya tercekat.
"Terima kasih kepada Relawan Sahabat Pedalaman, khususnya Bapak Rajak, atas kepeduliannya terhadap kami di pedalaman Manggarai Timur ini. Kalian bukan hanya membangun jembatan fisik, tapi juga jembatan hati antara kami," tambah tetua Adat.
Abdul Rajak hanya tersenyum rendah hati. Baginya, jembatan di Wae Mapar adalah pengingat bahwa kepedulian, ditambah dengan aksi nyata, dapat mengubah kesulitan menjadi keajaiban, dan memutus keterasingan menjadi persatuan.
Misi telah selesai. Rajak bersama Yayasan Sahabat Pedalaman akan terus memberikan dedikasi terbaiknya kepada masyarakat pedalaman di episode berikutnya. (*)
Ed: Sulatin