![]() |
Doc. Ilustrasi stop pungli |
Pasalnya hal itu dialami seorang Mahasiswa Baru (Maba) berinisial C (tidak ingin disebutkan namanya) saat melakukan cek kesehatan di kampus 1 UIN Alauddin Makassar. Senin (07/07/2025), sekira pukul 11 : 00 Wita.
Padahal menurut korban, pembayaran cek kesehatan yang seharusnya hanya 150 Ribu rupiah sudah include dengan cek golongan darah, cek urine, tes buta warna, tinggi badan dan berat badan.
Namun ironisnya kata korban, ada biaya tambahan yang ia bayar pada saat sudah melakukan pembayaran sebesar 150 Rb diluar tapi di dalam ruangan cek kesehatan kembali dimintai biaya tambahan?
"10 Ribu rupiah pada saat cek golongan darah dan 10 RB rupiah pada saat tes buta warna," ungkap si korban.
Tak hanya itu, menurut korban ada juga salah satu oknum staff yang menjual materai yang terkesan memaksa pada mahasiswa baru yang ingin melakukan cek kesehatan.
Oknum tersebut menjual materai seharga 52 RB dengan 3 materai, Namun sebelum itu, mahasiswa baru ini dipanggil keluar ruangan oleh oknum tersebut dan menagih uang materai sebesar 52 Ribu rupiah untuk pembeli materai.
"Saya dipanggil keluar, baru langsung ditanya sama si oknum, "mana uangmu 52rb untuk 3 materai" tutur si oknum. saya langsung kasih uang saya sebesar 50 RB krna sdh tidak punya uang 2rb," tutur si korban.
Korban menambahkan jika sekiranya korban mengetahui untuk apa materai tersebut ia pasti membeli di luar dengan harga sekitar 36-39 Ribu rupiah saja.
"Memang saya lupa beli materai diluar, saya jg tidak mengetahui untuk apa itu materai jadi sya tidak beli, harga materai seharusnya hanya 12-13 RB per lembar jadi kalau 3 berarti hanya sekitar 36-39 Ribu rupiah," tambah si korban
Dengan kejadian ini, suatu perihal yang patut dicurigai, sebab ketika mahasiswa baru membayar pembuatan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) yang tertulis di Nota dan yang di bayar itu berbeda, di nota tertulis 100 ribu rupiah sedangkan pada saat membayar sebesar 140 ribu rupiah
"Ini nota ku kak (sambil memperlihatkan nota nya) disini tertulis 100rb tapi saya bayar 140 rb, saya tidak sempat bertanya karena di suruh cepat cepat tinggalkan , antrian panjang, kalau nota cek kesehatan tidak ada dikasih kak," jelas si korban
Menggapi hal itu, Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UIN Alauddin Makassar Cabang Kota Makassar, Ahmad Hilaluddin turut menyoroti kadernya yang diduga terkena pungli dalam dunia pendidikan.
"Mahasiswa Baru seharusnya diperkenalkan keadilan sejak dini , institusi pendidikan bukan lahan pemalakan, pungutan liar bukan sekedar pelanggaran hukum. ia adalah bentuk penghianatan terhadap cita-cita pendidikan, bagaimana mungkin kita berharap lahir generasi yang jujur dari sistem yang diawali dengan pemalakan secara diam diam. Ini bukan perihal nominal, melainkan pencorengan citra pendidikan" pungkasnya. Jumat (11/07/25).
Catatan redaksi : Pendidikan seharusnya menjadi tempat yang bersih, jujur, dan adil serta untuk memanusiakan semua manusai. Tapi saat pungutan liar terjadi baik saat daftar ulang, cek kesehatan, atau proses kelulusan justru semangat belajar pun dapat menjadi pudar. (Tim/red).